Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Ahh!! Engkau Laksana Buah Yang Harus Kunikmati Nanti

Segala puji bagi Allah Yang Maha menguasai tiap hati insan ciptaannya dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Yang berbagi cinta kepada orang yang bertaqwa, yang berbagi cinta kepada orang yang berbuat kebaikan –yaitu orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, orang yang menahan amarahnya, dan orang yang memaafkan kesalahan orang lain–, yang berbagi cinta kepada orang-orang yang sabar, yang berbagi cinta kepada orang-orang yang bertawakkal, dan sungguh Ia lah yang memberi mereka pahala di dunia dan di akhirat kepada siapa-siapa yang Ia cintai.
Shalawat serta salam juga kita curahkan kepada manusia yang sebaik-baiknya, Rasulullah SAW. yang diciptakan sebagai salah seorang kekasih Allah yang terbaik di muka bumi, yang selalu menghadirkan cinta bukan dihadirkan cinta, yang mengerjakan cinta bukan hanya sekedar memilikinya, yang paham akan cinta bukan seseorang yang terpeleset dengan kealpaannya tentang cinta, dan seorang yang berkata atas bimbingan Rabbnya, dengan tegas “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah Mencintaimu dan Mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Di buah tangan kali ini, Ghazi pengen mencoba menyampaikan sesuatu hal yang sekarang sedang banyak mewabah di kalangan remaja sebagai “aktifitas” utama dalam kehidupannya nih. Maaf kalo agak panjang (mau ada cerita juga nih). Soalnya agak aneh juga, saya ngeluarin tema yang “beginian” –Read : Cinta– karena emang gak biasa buat tulisan yang temanya seperti ini, jadi susah juga kalo ngomongnya harus to the point. Di awal diperingatkan dulu nih, coba layar komputer jangan terlalu kontras soalnya bahaya baca terlalu lama di komputer yang bercahaya kontras. Nanti tuh mata kagak bisa dipake baca buku-buku bermanfaat lagi, hhe.
Okeh yah, langsung ke TKP Aja!!
***
Sahabat, dari hasil penelitian, sahabat kerap kali nih kepergok curhat laki ama laki atau perempuan ama perempuan. Tema yang menjadi bahasan di bentuk curhat beginian nih pasti gak jauh ama kecengan, cowok cakep, cewek cantik, ampe bencong yang cankep (cantik dan cakep). Ditelaah lagi, kurang lebih isi curhat yang sohib-sohib lakukan begini nih;
“Eh, bray. Ini mah gatau kenapa yah, saya mah kalo ngeliat cewek mau secantik, sebahenol bidadari pun kuat da! Tapi kenapa nih ngeliat “si teteh” itu, kok ke hati tuh berasa sorodot gaplok ngajedog nambru nyeredet hate (Read : membahana dalam hati) gitu.. Senyumnya bung, ketawanya bung, tolehan kepalanya, indah bibirnya, imut matanya, lemah gemulai tingkahnya, kayaknya gakkan bisa saya lupain nih. Pokoknya, the best lah! Mana ada cewek udah cantik, shalehah, pinter, berprestasi, eksis, baik hati, kumisan lagi!! (Lho??! Ni laki seleranya ikan lele dumbo yang suka matil-matil)” Katanya sambil berasa sumringah pada sahabat terdekatnya.
Dan dengan tenang si sahabat menjawab,
“Hmm, emang ini yang disebut cinta bray. Wabah yang lagi merebah dan mengalir di darah juragan ini adalah “MMJ” : “Monera Merah Jambu”, ente lagi terkesima dengan seorang bidadari yang turun ke bumi. Kalo kata gue sih, mending ente cepet-cepet serobot tuh si dari (Nicknya bidadari) mantep tuh, mana ada cewek kayak begituan, udah cantik, shalehah, bodynya mantep, velg racing, spare parts orisinil, mesin halus lagi!! (Beuh, jadi ke mobil..)”
Ditemukan banyak dialog-dialog seperti itu di kalangan remaja saat ini. Konsentrasi utama para remaja sekarang terfokus pada kecengan, soulmate-an, temen deket, pacar, temen curhat dkk. Ampe keliatan norak tuh kalo di FB statusnya masih terlihat single kayak aye sekarang nih. (jadi, curhat ghaz) dan semua yang dilakukan remaja-remaja kini full berlatar belakang “Cinta”.
Kini seorang remaja bisa lho, tersenyum dengan masalah ini, benar kah?
Kini seorang remaja bisa juga tersedu sedan menangis gara-gara masalah ini juga, benar kah?
Kini seorang remaja bisa memutar balik otak hanya untuk sekedar mendefiniskan, apa sih yang sebenarnya membuat hati-hati mereka “galau” begini, benar kah?
Seorang remaja rela untuk masuk ke sebuah organisasi yang tidak ia sukai demi mendekati si dia. Seorang remaja ampe menggebu-gebu hatinya dan salting stadium 4, saat si kecengan lewat tepat ke hadapannya. Seorang remaja ampe nyurhat tiada henti Cuma gara-gara si kecengan berhasil ia sapa dan tersenyum simpul padanya.
“Terus Ghaz, apa saya salah kalo saya suka sama seseorang? apa saya salah kalo saya menggunakan dan mengoptimalkan hati saya untuk menyayangi seseorang? Apakah saya salah ketika saya mengisi kekosongan hati ini dengan hal yang dapat membahagiakan saya? Bukankah suka sama suka itu fitrah? Bukan kah cinta itu emang sengaja Allah kasih buat kita kan? Bukan kah keindahan memandang itu juga Allah kasih, dari pas kita lahir lagi?”
“Yap, itu gak salah, itu bener. Allah yang ngasih kita-kita rasa untuk saling mencintai, Allah yang ngasih kita kemampuan untuk menyayangi, dan Allah juga yang mengosongkan hati kita untuk kita isi!”
Tapi tunggu dulu! maukah sahabat kutunjukkan. Dari hasil percobaan saya nih yah, ada sebuah cara terbaik ketika diri ini di hampiri tamu bernama cinta. ketika Si cinta ini perlahan masuk menuju segumpal daging bernama hati, di ketuknya pintu hati tersebut dengan halus dengan nada yang tidak tinggi pun tidak rendah. Si Cinta menyapa dengan gemulainya,
“Maaf, bisakah aku mengisi sedikit kekosongan di dalam hatimu ini?”
Brrrrr…. Harus ngapain nih kita, ketika kita menemukan Someone mencrang dalam kehidupan kita? Yang merasuk halus dan menghujam dalam hati? Caranya…..
Nih, ghazi ambil cerita seorang remaja teladan yang Shalehnya tiada dua, yang disebut sebagai pintu ilmu Islam. Gimana cara dia ngadepin kecengannya? Kita sambut! ‘Ali bin Abi Thaaliib!!!! (Yeeeeee….!!!! Apeulah ghaz..)

“Lantas apa itu cinta? Apakah ini sebuah kata benda yang senantiasa menanti dan tersimpan dalam hati?
Apakah ini sebuah kata kerja yang selalu dilakukan oleh setiap manusia di penjuru bumi dengan sikap berani?
Ataukah ini hanya angan-angan belaka yang selalu membuat bingung dan bimbang setiap hati manusia ketika cinta ini harus kita korbankan?”
Pemuda terbaik diantara pemuda Muslim yang ada, mungkin inilah sebutan yang pas untuk seorang yang menjadi keponakan sang Nabi SAW. Seorang yang unggul dalam ibadah, kesantunan, kesungguhan kerja, dan tentu paras mukanya. beliaulah ‘Ali bin Abi Thaalib.
Yang menyimpan sedikit rahasia hati yang tak ia kisahkan pada siapapun, termasuk ia usahakan agar tak ia kisahkan pada dirinya sendiri berupa angan-angan dan khayal ingatan.

Fathimah binti Muhammad SAW. layaknya Bunga yang menyejukkan dan menawan hati di tengah panas ganasnya gurun pasir Arab yang selalu meniupkan debu pepasir yang menghauskan, dan pantas gadis cilik ini digelar Az-Zahra (Bunga)
Seorang gadis kecil yang mengisi rahasia hati Pemuda terbaik bernama ‘Ali, ahh… begitu memesona. Teringat ketika sang ayah, Muhammad SAW pulang dengan keadaan luka-luka bekas penghinaan orang-orang kafir. Gadis kecil ini memberanikan langkah untuk pergi menuju Ka’bah! Pemuka Quraisy yang awalnya tertawa riang menimpali cerita kawannya tentang perlakuan kepada Nabi Muhammad SAW, berakhir diam dicekam keheningan saat keluar suara dari pusat ka’bah, suara yang halus namun tegas, balas menghardik dengan kata-kata yang tak terputus. Membuat mulut-mulut mereka terdiam membisu tak ada waktu untuk menimpali apa yang dikatakan gadis suci itu.
“Ahh, inikah yang disebut cinta wahai ‘Ali? Ketika kau menemukan gadis yang meronakan warnanya di hatimu dengan tindak tanduk keshalihan.”
Tersentak, suatu hari mendengar sebuah kabar yang membuat hati ‘Ali lebih bermuram durja. Seseorang shalih, seseorang yang lisannya takkan mengeluarkan kata-kata kecuali kejujuran, seseorang di gelar as-shiddiq (terpercaya) dimana ketika ia berkata di timur turun hujan maka benarlah basah permukaan bumi timur, beliau Abu Baqr, as-shiddiq Radhiyallahu Anhu datang melamar putri kesayangan Muhammad SAW.
Seseorang yang kekerabatannya paling dekat dengan Muhammad SAW. yang pergi berhijrah bersama dengan Rasul Allah ini, yang rela kulitnya dicabik tajamnya taring ular demi mempertahankan posisi tidur Rasulullah yang sedang pulas, yang dicinta Muhammad SAW sehingga beliau pernah berkata,
“Andaikata aku dibolehkan mengambil seorang kekasih dari salah seorang penduduk bumi maka aku akan menjadikan Abu Baqr sebagai kekasih”

Abu Baqr juga yang berhasil mengislamkan banyak tokoh dan bangsawan mekkah dengan sentuhan hatinya; seperti ‘Utsman bin Affan, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf, Zubair, Thalhah, Sa’d Ibn Abi Waqqash, Mush’ab ibn Umair.
Ini yang tak mungkin dilakukan seorang bocah kurang pergaulan seperti ‘Ali, yang miskin dan dibesarkan dari keluarga yang miskin pula.
Sementara Abu Baqr? Berapa puluh bahkan ratus kali lipat kekayaan saudagar Mekkah ini dibanding seorang bocah kecil bernama ‘Ali tadi?

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Waktu berlalu menanti jawaban penentu keadaan hati ‘Ali. Ternyata Allah masih memberikan secercah harapan kepada ‘Ali dan hatinya. Lamaran saudagar terpercaya ini ditolak!
Semangat ‘Ali merekah kembali, kembalilah berkobar. Di hempas angin halus dari kabar ditolaknya lamaran Abu Baqr kobaran semangatnya semakin menyala.
Namun, datanglah kembali gerimis yang lama-lama menjadi hujan besar yang kembali memadamkan kobaran semangat pemuda shalih ini.
Datanglah seorang gagah perkasa, seorang lelaki tegap yang sejak kepindahannya ia menjadi beragama Islam membuat kaum muslimin tidak harus bersembunyi lagi di bawah selimut. Seorang muslim yang membuat syaithan lari terbirit-birit. Beliaulah ‘Umar ibn Al-Khattab.
Seorang Al-Farouq, pemisah kebenaran dan kebathilan yang tak segan menghunuskan mata pedangnya ketika ada tindak tanduk yang menghinakan agama yang dicintanya Islam. Membuat tiap musuh-musuh Islam bertekuk lutut.
Sering mulut Nabi berkata,
“Aku datang bersama Abu Baqr dan ‘Umar, aku keluar bersama Abu Baqr dan ‘Umar, aku masuk bersama Abu Baqr dan ‘Umar” betapa tinggi kedudukannya di hadapan calon mertuanya yang merupakan ayahanda dari Fathimah Az-Zahra.
Di banding ‘Ali, ‘Umar tentu memiliki banyak kelebihan daripada bocah kecil itu. Beliau yang hijrahnya tanpa terbesit sedikit pun rasa takut di hatinya. Yang berteriak dengan lantang di pusat kota setelah ia berthawwaf 7 kali dan naik ke atas ka’bah,
“Wahai Quraisy! Hari ini putera Al-Khattab akan berhijrah!! Barangsiapa yang ingin istrinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, maka silahkan hadang ‘Umar dibalik bukit ini!” Kata seorang lelaki pemberani ini seraya menunjukkan bukit yang ia maksud sebagai jalan menuju madinah.
Sekali lagi ‘Ali terhentak sadar. Ia bukanlah seorang pemuda yang siap untuk menikah. Apa lagi dengan seorang putri Rasulullah SAW.
“Tidak!”
“’Umar lebih layak menikahinya daripada diriku, yang mungkin hanya dapat membuatnya sengsara.”
Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilahkan.
Yang ini pengorbanan.
Tak lama, kabar meruyak dari kediaman Fathimah binti Muhammad.
Lamaran ‘Umar pun ditolak!!
Pemuda ini tentu bingung, menantu seperti apa yang diinginkan Rasulullah SAW?
Seperti miliarder bernama ‘Utsman kah yang menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?
Ataukah saudagar Quraisy seperti ‘Abul ‘Ash ibn Rabi’ kah yang menikahi Zainab?
Dua menantu Rasulullah tersebut sungguh membuat ‘Ali hilang kepercayaan.
Sekecil apa ‘Ali dibanding dua saudagar kaya tersebut?
Apakah Nabi ingin menikahkan Fathimah dengan kaum Anshar untuk mempererat persaudaraan? Atau dengan saudagar kaya lain yang membuat hidup Fathimah terjamin di masa depannya kelak?
Bisikkan tanpa diundang seringkali datang dan hinggap di telinga ‘Ali. Kemudian tertarik masuk ke hati yang masih menyimpan asa berupa rahasia yang ia simpan di bagian hati paling dalam dan paling hangat.
“Mengapa tidak engkau saja yang mencoba wahai ‘Ali?”
“Bukankah engkau yang mungkin di tunggu-tunggu kehadirannya oleh baginda Nabi untuk menjadi menantunya?”
“Hah Aku??”
“Aku hanya pemuda miskin yang dibesarkan dari keluarga miskin juga.”
“Tenang ‘Ali, kami dibelakangmu kawan! Allah selalu menolongmu.”
Bisikkan terakhir membuat hati ‘Ali mampu menggerakkan dan kakiknya untuk tegap melangkah. Mukanya kini menghadap sang Nabi.
Dengan memberanikan diri disampaikannya keinginan untuk melamar dan menikahi Fathimah.
“Yap, menikahi, ini wujud keberanianku untuk mencegah kekejian dan kekotoran yang selalu bersemanyam dan sesekali bergejolak di hatiku.”
Dengan bermodalkan harta satu set baju besi disana, dan ditambah dengan persediaan tepung kasar untuk makannya, pemuda ini terus melanjutkan langkahnya untuk meminang sekuntum bunga yang selalu menyejukkan hatinya.
“Engkau pemuda sejati wahai ‘Ali!”
Pemuda yang bersiap bertanggung jawab atas cintanya
Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihannya
Pemuda yang yakin bahwa Allah maha kaya dan maha memiliki.
Lamarannya dijawab,
“Ahlan Wa sahlan!!”
Kata yang mengalir tentram dihiasi senyuman sang Nabi.
‘Ali bingung, apa maksudnya 2 kata itu, Ahlan dan Sahlan??
Ucapan selamat itu mungkin saja bisa menjadi cirri penerimaan atau penolakan.
Apakah mungkin Nabi bingung untuk menjawab sehingga mengeluarkan dua kata ditambah satu senyuman itu??
“Bagaimana jawab Nabi wahai kawan?”
“Menurut kalian apa arti dari ‘Ahlan wa Sahlan’ aku bingung mencerna kata itu”
“Satu kata saja sudah cukup!! Dan kau mendapatkan dua kata! Ahlan saja sudah berarti iya, ditambah sahlan yang juga berarti iya!! Berarti keduanya adalah iya!”
Tergadaikanlah baju besi dengan sekuntum bunga yang senantiasa membuat kulit bibir serta hati tersenyum manis. Jalan yang dipilih pemuda ini adalah jalan yang mempertemukan cinta dan segala rasa dengan tanggung jawab.
Sekali lagi, cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Seperti ‘Ali.
Ia mempersilahkan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua, keberanian..
***
Sahabat, sebuah teladan mungkin bisa kita ambil dari penggalan cerita di atas. Seorang Shalih pun pasti melaksanakan fitrahnya. Tapi tahukah sahabat suatu saat ‘Ali pernah berkata, kurang lebih..
“Sungguh, aku merasa berdosa ketika aku mengenal Fathimah putri Rasulullah SAW.”
Pemuda mana yang hatinya merasa berdosa ketika ia mengenal orang yang ia cintai? Pemuda mana yang hatinya takut terkotori dengan orang yang dicintanya dan masih belum menjadi haknya?
Sahabat, tahukah yang dilakukan ‘Ali semenjak ia belum menikahi fathimah??
Ia senantiasa menjauhi Fathimah, ia membuang jauh-jauh pikiran dan khayal apabila suatu waktu terbesit pikiran tentangnya.
Begitu pula yang dilakukan oleh Fathimah, sebelum menikah ia telah tertarik dengan sepupunya ini. Seorang yang perangai dalam bekerja, seorang yang keindahan ibadahnya bisa dinilai sebagai pintu gerbang ilmu islam.


Menarik memang, ketika kita bisa menyadari bahwa yang mendekati dan menjauhi satu hati dengan hati yang lain hanyalah Allah.
Inilah sebuah kesimpulan yang sama diambil oleh ‘Ali dan Fathimah.
Bila kita menaruh hati seseorang di dalam hati kita..
Maka jauhilah!! buang jauh-jauh segala hal tentangnya!! Tempatkanlah hanya Allah di hati kita..
Jangan khawatir sahabat.. Allah maha mengetahui keinginan hati kita..
Biarkanlah Allah yang memberi hadiah atas cinta kita padaNya dan penempatan hati yang hanya kita kosongkan untukNya..
Biarkanlah Allah yang suatu saat akan memberikan hadiah berupa bersatunya hati-hati kita kembali..
Ternyata sahabat, PDKT terbaik tuh adalah dengan cara membuang jauh-jauh segala hal, pikiran, bayangan, khayalan dan apapun tentangnya. Mungkin ini sulit, tapi bukankah ini yang akan menjadi nikmat cinta? Inget, biarkan Allah yang mendekatkan kita.
Ketahuilah sahabat nikmat cinta ‘Ali itu berada saat ia merasa berdosa mengenal orang yang ia sayangi. Saat ia merasa bahwa hatinya tidak dikosongkan untuk Allah, yang satu-satunya berkuasa menempatkan Fathimah di hatinya. Apa jadinya jikalau Allah tidak menakdirkan Fathimah akan bersatu dengan hati ‘Ali.
Ketahuilah sahabat bahwa ananda dari Rasulullah SAW, Fathimah adalah sebuah hadiah dari Allah SWT pada ‘Ali karena beliau telah berhasil menjadikan hatinya kosong dari hal-hal yang mengotori berupa angan-angan dll. Dan hadiah karena ‘Ali telah berhasil menjadikan cintanya satu untuk Allah saja.
“AH!! Engkau laksana buah ternikmat yang beracun yang harus kunikmati ketika racunmu sudah hilang dari tubuhmu, dan biarkanlah kunikmati ranumnya ketika racun itu sudah sempurna sirna darimu”
Kapankah racun berupa dosa-dosa itu sirna? Yaitu ketika ia halal bagi kita.
Benar perumpamaan ini. Suatu buah yang sangat nikmat namun masih beracun tentu jika dimakan akan membuat kita terluka. Tapi setelah racunnya hilang tentu sangat nikmat untuk dimakan. Begitu pula dengan hubungan kita, jika “racun-racun” itu masih terdapat pada orang yang kita sayangi tentu rasa sayang kita akan berbuah dosa. Namun ketika “racun” itu sudah sempurna sirna dan kehalalan sudah kita pegang, maka rasa sayang kita diganjar pahala.
So, untuk dedeketan mending nanti aja, untuk pegang-pegangan mending nanti aja. Heh cowok, si cewek masih beracun tuh. Heh cewek, si cowok masih beracun tuh.
Ngeceng boleh kok, nyukain orang boleh kok, tapi yang harus kalian lakukan nih yah supaya si kecengan itu bisa nempel kedepannya yaitu buang jauh-jauh dari pikiran kalian, buang jauh-jauh dari angan-angan kalian tentang kecengan itu, dan biarkanlah Allah yang mendekati kecengan itu suatu saat nanti!! Pacaran itu bakal terasa jauh jauh lebih nikmat nanti..
Be good remaja, jadilah remaja yang bisa mengelolah cinta dengan baik, seperti ‘Ali dan fathimah..!!
Eh iya, lupa ada yang ketinggalan nih di cerita ‘Ali.. pas tuh ‘Ali ama Fathimah pas udah pada nikah, bikin kabita nih.. hhe
Di suatu riwayat, Fathimah pernah berkata pada ‘Ali
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”
Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”
Sambil tersenyum manja Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”
Inspired by : Perkataan akh Salim A. Fillah, bang Ma’mun, dan nasihat Teh Eca yang membuat kepalaku kini selalu mencoba merunduk
Ghazi Azhari S
Kampung 200, dilanjut di rumah akh dito dan suntingan di rumah.
Bandung, 26 Maret 2010 (23:41)
Ketika merah jambunya hati terhalau hijau tuanya bentangan syurga



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar